Selasa, 22 November 2011

mencintai ibu

Pagi itu (17/12) seorang ibu dan anak perempuannya sedang asyik bercengkerama di depan teras rumahnya. Sang anak yang masih berumur balita, duduk di atas pangkuan ibunya. Si ibu sesekali menunjuk-nunjuk langit sambil menyuapi anaknya.
Keakraban ibu dan anak tersebut sungguh kontras dengan keadaan sekarang. Televisi tak pernah bosan menayangkan perseteruan antara ibu dan anak setiap harinya. Bahkan, perseteruan tersebut dapat berujung pada tindak kriminalitas tinggi. Sungguh miris sekali rasanya, seorang anak yang sejatinya dirawat dari kecil, ketika dewasa malah berseteru dengan ibu kandungnya sendiri.
Dalam Islam, interaksi antara ibu dan anak telah ditetapkan. Islam mengajarkan bahwa kaum ibu merupakan pihak yang dimuliakan dan tinggi derajatnya. Dalam sebuah hadits, disebutkan keharusan seorang sahabat agar memprioritaskan berbuat baik kepada ibunya. Bahkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyebutkan keharusan tersebut sebanyak tiga kali sebelum beliau akhirnya menganjurkan berbuat baik kepada ayah.
Kewajiban anak manusia terhadap ibunya tak urung lepas hanya berbuat baik saja. Tentu saja, perbuatan baik harus pula dibarengi dengan ketidakdurhakaan terhadap ibu kita. Islam pun menuntun kita sebagai anak untuk tetap berbuat baik menghadapi ibu yang nonmuslim.
Hadist mengenai berbuat baik terhadap Ibu, dipaparkan berikut:
Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa? Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa? Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa? Beliau bersabda: “Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
Adapun hadist mengenai larangan durhaka terhadap Ibu, adalah:
Bersabda Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Allah melarang kalian durhaka kepada ibu kalian.” (HR Bukhary)
Sedangkan hadist mengenai hubungan dengan Ibu yang Non-Muslim:
Asma binti Abu Bakar berkata: “Telah datang kepadaku ibuku dan dia seorang wanita musyrik di zaman Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Maka aku datang kepada Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam meminta fatwa beliau. Aku bertanya kepada beliau: ”Telah datang kepadaku ibuku sedangkan ia punya suatu keperluan. Apakah aku penuhi permintaan ibuku itu?” Maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Iya, penuhilah permintaan ibumu itu.” (HR Bukhary)
Mengapa kaum ibu sedemikian diutamakan? Karena ibu adalah episode terpenting yang menyebabkan kita lahir ke dunia. Ibu mengandung dan melahirkan anak dengan mempertaruhkan nyawa. Begitu lahir, ibu tak lepas dari tanggung jawabnya karena anak menuntut air susu ibunya. Ketika kita beranjak dewasa, ibu setia menjadi pendamping, penyayang, pengasuh, dan pengajar pertama dan utama bagi seorang anak.
Berbicara mengenai ibu, tentu kita akan teringat dengan sosok ibu kita masing-masing. Untuk itulah selalu siapkan amunisi untuk berbuat baik kepada sosok yang berjuang untuk kehidupan kita. Tak hanya pada hari Ibu, tapi juga dalam setiap hari dalam kehidupan kita. I Love you, Mom.

1 komentar: